Sabtu, 18 Juni 2011

Membaca "Isyarat" Tuhan

Masyarakat Indonesia kembali dikejutkan dengan wabah hama ulat bulu lagi, bahkan kali ini ulat bulu-nya terlihat lebih besar dan berbulu banyak. Pertanda apa ini? Dari segi logis atau nalar, bisa dikatakan hal ini disebabkan oleh kondisi alam dimana yang dipengaruhi cuaca yang tidak stabil, ada juga yang mengatakan kalau mata rantai ekosistem mengalami ketidakseimbangan. Tapi menurut saya, ini adalah salah satu pertanda atau "isyarat" dari Gusti Allah yang menegur kita secara tidak langsung.

Rabu, 15 Juni 2011

Dipangku Mati

Dalam aksara Jawa, terdapat dentawyanjana yang terdiri dari duapuluh aksara tanpa sandhangan, tanpa pasangan, yang disebut dengan aksara nglegena. Sandhangan diperlukan untuk membuat aksara lainnya itu berbunyi tidak hanya dengan "a" seperti ha, na, ca, dan sebagainya, tetapi juga agar bisa berbunyi hi, ne, cu, dan seterusnya.

Selasa, 14 Juni 2011

Laku Astabrata

Muak... Itulah yang saya rasakan ketika melihat sikap kepemimpinan para pemimpin di negeri ini. Mereka tidak bisa menuntaskan amanat yang diberikan oleh rakyatnya. Ketika negeri ini butuh kepastian dan perhatian lebih akan pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan, para pemimpin sibuk dengan memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Agaknya para pemimpin ini telah melupakan ajaran Astabrata yang digambarkan dalam cerita pewayangan, yang diajarkan Destarata kepada Ramawijaya ketika akan memimpin Kerajaan Ayodyapala atau Begawan Kesawasidi kepada Arjuna dalam lakon Makutharama.

Senin, 13 Juni 2011

Rahasia Itu Bernama Kematian

Semua makhluk hidup yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Ungkapan hidup digunakan kalau kita semua belum merasakan kematian. Mati sering di-kosakata-kan dengan kata berpulang, berpulang menuju alam keabadian. Manusia itu awalnya tidak ada, menjadi ada, dan kembali lagi menjadi tidak ada. Tidak ada dalam alam fana, karena berpindah menuju alam baka.

Sore di Padhepokan Karang Klethak

Dikisahkan ada sebuah padhepokan, padhepokan tersebut bernama Padhepokan Karang Klethak yang berada di sebuah pinggir Sungai Boyong, sungai yang mengaliri desa Wonorejo, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Padhepokan tersebut juga sering dikenal dengan nama Kapitrukan, artinya tempat tersebut dimiliki oleh Kyai Petruk. Di dalam padhepokan itu seringkali diadakan pertemuan, jagongan dalam bahasa Jawa-nya. Siapa lagi yang jagongan disitu kalau bukan Petruk, kakaknya Gareng, adiknya Bagong, dan bapaknya Semar.