Salah satu kisah kesederhanaan Ali bin Abu Thalib r.a.
Ali bin Abu Thalib r.a. menghirup Islam dan bernapaskan wahyu sejak kanak-kanak. Beliau memiliki akhlak seperti akhlak para nabi. Beliau adalah saudara sepupu sekaligus menantu Rasulullah s.a.w, khalifah keempat dari Khulafaur Rasyidin, dan salah seorang dari sepuluh sahabat yang diberitakan masuk surga.Dunia tidak mengubah kondisi Sayyidina Ali r.a., bahkan setelah beliau menjadi seorang khalifah. Beliau tetap sama seperti ketika masih bersama Rasulullah s.a.w., yaitu menjalani hari-hari dan tahun-tahun dengan pakaiannya yang tebal dan kasar. Seperti dalam dua kisah berikut:
Suatu hari yang cerah, matahari menghamparkan panasnya di atas pasir. Sayyidina Ali r.a. menemui para sahabat dengan pakaian yang tebal, kasar, dan bertambal-sulam. Lalu sahabat-sahabat beliau berkata dengan iba, "Ya Amirul Mu'minin, tidakkah sebaiknya Anda memakai pakaian yang lebih lembut dari pakaian ini?" Sayyidina Ali r.a. berkata, "Pakaian ini menghilangka kebanggaan dariku, membantuku khusyuk di dalam shalat, dan teladan yang baik bagi manusia agar mereka tidak berlebih-lebiihan." Kemudian beliau membaca firman Allah swt., "Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (al-Qashash 28: 83)
Dalam kisah lainnya:
Karena udara terlalu dingin, Sayyidina Ali r.a. duduk sambil menggigil dan hanya mengenakan selimut beludru yang sudah usang. Seseorang berkata, "Ya Amirul Mu'minin, Allah swt. telah memberimu dan keluargamu bagian dari harta ini, dan Anda bisa berbuat apa saja. Tidakkah Anda lihat tubuh Anda menggigil kedinginan?" Sayyidina Ali r.a. menjawab, "Demi Allah, aku tidak mengambil sedikit pun dari harta kalian, dan beludru usang inilah yang kupakai saat aku keluar dari Madinah."