Rabu, 05 Maret 2014

Pernahkah Kita Renungkan?

Di tengah keheningan malam setelah selesai sholat tahajud, pernahkah kita sesekali merenung tentang :

Kepala kita
Apakah ia sudah kita tundukkan, rukukkan dan sujudkan dengan segenap kepasrahan seorang hamba yang tiada daya di hadapan Allah Yang Maha Perkasa, atau ia tetap tengadah dengan segenap keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan seorang manusia?
 
Mata kita
Apakah ia sudah kita gunakan untuk menatap keindahan dan keagungan ciptaan-ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, atau kita gunakan untuk melihat segala pemandanga dan kemaksiatan yang dilarang?

Telinga kita
Apakah ia sudah kita gunakan untuk mendengarkan suara adzan, bacaan Al-Quran, seruan kebaikan, atau kita gunakan untuk mendengarkan suara-suara yang sia-sia tiada bermakna?

Hidung kita
Apakah sudah kita gunakan untuk mencium sajadah yang terhampar di tempat sholat, mencium anak-anak yatim piatu yang sangat kehilangan kedua orang tuanya dan sangat mendambakan cinta bunda dan ayahnya?

Mulut kita
Apakah sudah kita gunakan untuk mengatakan kebenaran dan kebaikan, nasehat-nasehat bermanfaat serta kata-kata bermakna atau kita gunakan untuk mengatakan kata-kata tak berguna dan berbisa, mengeluarkan tahafaul lisan alias penyakit lisan seperti: bergibah, memfitnah, mengadu domba, berdusta bahkan menyakiti hati sesama?

Tangan kita
Apakah sudah kita gunakan untuk bersedekah kepada dhuafa, membantu sesama yang kena musibah, membantu sesama yang butuh bantuan, menciptakan karya yang berguna bagi umat atau kita gunakan untuk mencuri, korupsi, mendzalimi orang lain serta merampas hak-hak serta harta orang yang tak berdaya?

Kaki kita
Apakah sudah kita gunakan untuk melangkah ke tempat ibadah, ke tempat menuntut ilmu bermanfaat, ke tempat-tempat pengajian yang kian mendekatkan perasaan kepada Allah SWT yang atau kita gunakan untuk melangkah ke tempat maksiat dan kejahatan?

Dada kita
Apakah di dalamnnya tersimpan perasaan yang lapang, sabar, tawakal dan keikhlasan serta perasaan selalu bersyukur kepada Allah SWT, atau di dalamnya tertanam ladang jiwa yang tumbuh subur daun-daun takabur, biji-biji bakhil, benih iri hati dan dengki serta pepohonan berbuah riya’?

Perut kita
Apakah di dalamnya diisi oleh makanan halal dan makanan yang diperoleh dengan cara yang halal sehingga semua terasa nikmat dan barokah, atau di dalam diisi oleh makanan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal, dengan segala ketamakan dan kerakusan kita?

Diri kita
Apakah kita sering tafakur, tadabur, dan selalu bersyukur atas karunia yang kita terima dari Allah SWT?