Sabtu, 18 Juni 2011

Membaca "Isyarat" Tuhan

Masyarakat Indonesia kembali dikejutkan dengan wabah hama ulat bulu lagi, bahkan kali ini ulat bulu-nya terlihat lebih besar dan berbulu banyak. Pertanda apa ini? Dari segi logis atau nalar, bisa dikatakan hal ini disebabkan oleh kondisi alam dimana yang dipengaruhi cuaca yang tidak stabil, ada juga yang mengatakan kalau mata rantai ekosistem mengalami ketidakseimbangan. Tapi menurut saya, ini adalah salah satu pertanda atau "isyarat" dari Gusti Allah yang menegur kita secara tidak langsung.

Menurut saya yang mengacu ke sebuah pasemon dalam Serat Centhini (baca juga tulisan: Gambaran Kehidupan dari Serat Centhini), ulat bulu tersebut merupakan sebuah gambaran perjalanan hidup manusia. Gusti Allah memberikan "isyarat" ini karena sudah banyaknya manusia yang tega memakan hak orang lain, banyak manusia yang berbuat dzalim terhadap sesamanya, dan perilaku lain yang merugikan orang lain.

Kenapa ulat bulu? Ulat bulu digunakan karena sesungguhnya ketika sudah tiba masa waktunya, ketika si ulat "bertaubat" dan berubah menjadi kepompong, dia akan berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Tidak peduli seberapa buruknya dia dulu, tetap akan menjadi makhluk yang sangat cantik.

Demikian juga Gusti Allah memberikan "serangan" ulat bulu, agar manusia belajar dari sikap dan perilaku si ulat bulu. Ketika sudah waktunya, manusia kembali kepada khitah-nya, kembali bertaubat dengan memperbanyak laku untuk menjadi kepompong, agar bisa menjadi seseorang yang "indah bentuknya" seperti kupu-kupu.