Amru bin Ash adalah anak dari seorang pemuka Quraisy yang bernama Ash dan ibunya bernama Nabighah binti Harmalah. Ayahnya pernah hidup di masa Islam namun dia tidak pernah memeluk Islam sampai akhir hayatnya.
Amru bin Ash berprofesi sebagai pedagang sehingga dia sempat menjelajah Mesir, Habasyah, dan Yaman. Dari perjalanan ini pula dia mendapatkan banyak pengalaman, terutama pengalaman beramsyarakat, dan banyak mempelajari budaya-budaya negara
yang pernah dia singgahi. Dari pengalaman inilah juga dia menjadi seorang yang cakap, berwawasan luas serta intelektual di negeri Arab. Orang yang terkenal cakap, berwawasan luas dan intelektul selain Amru bin Ash adalah, Muawiyah bin Abu Sufiyan, dan Mughirah bin Syu'bah.
Beberapa sahabat Nabi yang taat tapi dia lemah oleh Nabi diperintahkanya untuk berhijrah ke negeri Habasyah yang menganut agama Nasrani. Negeri ini dipimpin oleh seorang Raja Negus yang sangat taat dan paham betul dengan ajaran Agama Nasrani.
Sahabat nabi yang hijrah ke negeri ini untuk menghindar dari kekejaman orang-orang Quraisy yang tidak suka dengan keimananya dan untuk menjaga agamanya.
Maka ketika para pemuka Quraisy mendengar hijrahnya para sahabat Nabi ke negeri Habasyah, spontan mereka marah dan kemudian menyuru Amru Bin Ash untuk menjemputnya. Amru bin Ash kemudian menjemput kaum muslim yang lemah itu ke ke negeri
Habasyah, dengan membawa hadiah yang sangat banyak untuk dipersembahkan kepada Raja Negus agar Raja Negus mau mengembalikan kaum muslimin ke negerinya. Terjadilah percakapan antara Amru dan Raja Negus. Sang Raja berkata, "Kenapa kau tidak ikut agama baru yang dibawa Muhammad?"
"Apakah demikian wahai baginda?"
"Memang benar demikian adanya, demi Allah!" jawab Raja Negus.
Hal ini membuat Amru bin Ash terngiang-ngiang dalam kepalanya ketika dia kembali pulang dengan tangan Hampa. Sampailah Amru bin Ash di Mekah. Kemudian dia dan Khalid bin Walid datang menghadap Rasulullah untuk menyatakan keislaman mereka.
Setelah Amru bin Ash masuk Islam, Rasulullah mengutusnya untuk menyampaikan sepucuk surat ke penguasa Oman Jaifar bin Julanda dan saudarana Abd bin Julanda. Surat itu berisikan ajakan kepada penguasa Oman untuk memeluk Islam. Namun Amru bin Ash tahu bahwa Abd bin Julanda memiliki sikap lemah lembut sehingga Abd lah yang dia temui dulu dan mengajaknya memeluk Islam. Sehingga sampai keduanya memeluk Islam dan Amru bin Ash pun menetap di Oman sampai wafatnya Rasulullah.
Pada masa Khalifah Abu Bakar, Amru bin Ash diutus untuk menumpas kaum murtad di daerah Qudha'ah. Hasilnya, dia berhasil menumpas orang-orang murtad di daerah tersebut.
Pembebasan Palestina
Amru bin Ash adalah salah satu prajurit yang ikut berperan dalam futuhat Islamiyah (pembebasan berbagai negeri oleh pasukan muslim). Pada saat pertempuran dengan Romawi, pertempuran pertama kali yang dijalani Amru bin Ash adalah pembebasan Palestina termasuk Gaza, Nablus dan Rafah. Selanjutnya Amru bin Ash bergerak menuju Ajnadain yang saat itu masih dikuasai oleh Romawi. Pada sat itu gubernurnya adalah Artavon. Amru bin Ash dan pasukan Muslimin berhasil mengepung
Ajnadain, sehingga Artavon tidak bisa bergerak sama sekali walaupun dengan jalan diplomasi. Amru bin Ash bergerak sendirian dengan menyamar sebagai utusan. Amru bin Ash menyampaikan maksudnya, di samping itu juga dia menyimak ucapan Artavon baik-baik dan melihat kekuatanya. Namun Artavon adalah Gubernur cerdik sehingga dia bisa mengetahui bahwa utusan yang datang kepadanya pasti bukan orang biasa. Dia pasti seorang pemimpin atau juga utusan yang sangat didengar oleh pemimpinnya. Maka Artavon menyuruh pengawalnya untuk mencegat Amru.
Amru bin Ash tahu niat buruk Artavon maka kemudian dia berkata kepada Artavon, "Aku telah mendengar informasi darimu dan engkaupun juga mendengar dariku. Aku sangat kagum dengan pembicaraanmu. Aku ini hanyalah 10 dari salah satu orang yang diutus oleh Umar bin Khatab kepada penguasa negeri ini untuk mengepungnya hingga penguasa negeri ini mau memberikan kondisinya. Oleh karena itu, aku pulang terlebih dahulu dan aku akan ajak teman-temanku itu (untuk kesini lagi). Maksudku, jika teman-temanku mengetahui sendiri sebagaimana yang aku lihat tentang kondisinya ini, tentu panglima kami dan para pasukan akan mengetahuinya. Tetapi jika teman-temanmu tidak mau melihatnya aku akan kembalikan mereka ke markas mereka, dan aku akan kembali lagi ke sini dan selanjutnya terserah kamu".
Artavon berkata "baiklah". Lalu menyuruh pengawal yang dipanggilnya agar menyingkir. Artavon berkata kepada Amru, "Pergilah dan kemudian datang lagi bersama teman-temanmu".
Ketika Romawi telah ditaklukan dan Artavon menjadi tawanan dia baru tahu kalau utusan yang dulu datang kepadanya adalah panglima perang Amru bin Ash.
Pembebasan Baitul Maqdish
Pada tahun 16 H, tepatnya pada bulan Rabiul Awal, Baitul Maqdis berhasil dibebaskan oleh Amru bin Ash dari cengkeraman Romawi. Amru bin Ash juga membebaskan Gaza dan Nablus. Amru bin Ash hendak menaklukan kota Elia, Artavon menulis surat kepada Amru bin Ash dengan mengatakan "demi Allah, Amru tidak akan bisa membebaskan suatu negeripun setelah Ajnadian."
Amru pun kemudian menulis surat kepada Khalifah Umar dengan mengatakan,"Sungguh, aku menghadapi musuh yang amat licik dan kuat, dan menghadapi negeri untuk anda taklukan. Bagaimana pendapat anda?"
Pembesar Mesir
Mesir adalah kota Fir'aun yang berpenduduk 10 juta Jiwa. bukan hanya itu Mesir juga memiliki kesuburan alam yang luar biasa. Hal ini yang membuat Amru bin Ash tertarik untuk menduduki Mesir. Namun keberanian Amru bin Ash untuk menduduki Mesir dengan membawa pasukan Muslimin sebanyak kurang dari 4.000 orang. Pertama kali tiba Amru di Arisy dan membebaskanya, kemudian membebaskan Farma, lalu Dimyath, lalu melakukan pengepungan terhadap kota Bilbis, pasukan Muslim mulai menyerang pasukan Bilbis dan menawan 1.000 orang. Sedangkan sisanya melarikan diri berlindung kepada Raja Muqaquis. Amru bin Ash dalam menghadapi Raja Muqaquis memilih lunak dengan membebaskan putri sang raja yang tertawanya. Hal ini dilakukan untuk membuka diplomasi dengan Raja Muqaquis.
Pengepungan Benteng Babylon
Benteng Babylon sangatlah kuat sehingga kekuatan benteng itu masih bisa kita saksikan sampai abad ke-20. Pada waktu pengepungan benteng itu, pasukan Muslim yang dipimpin Amru bin Ash hanya sebanyak 3.500 personil. Hal ini dirasa tidak mungkin bisa menaklukan benteng sekuat itu, sehingga Amru bin Ash meminta bantuan kepada Khalifah Umar agar menambah pasukan. Maka dikirimlah sebanyak 12.000 personil yang di dalamnya ada Zubair bin Awwam. Amru bin Ash langsung saja menyambut kedatangan pasukan ini dan kemudian sama-sama menuju benteng untuk mengepungnya. Setelah berhasil menguasai benteng tersebut, tentara Kristen-Koptik pun melarikan diri ke Gezirah (Jazirat Ar-Raudhah).
Pembebasan Alexandria
Selanjutnya, Amru bin Ash menulis surat kepada Khalifah Umar agar memberi izin untuk melanjutkan ekspedisi pembebasan Iskandaria (Alexandaria). Khalifah Umar memberi izin maka Amru bin Ash pun langsung bergerak bersama pasukanya menuju Alexandaria. Di sana pasukan Romawi telah berkumpul untuk menyambut kedatangan pasukan Muslimin. Pasukan muslimpun melakukan pengepungan dan terjadi pertempuran yang berakhir dengan kemenangan di pihak pasukan muslimin.
Pembebasan Zuwailah dan Tripoli
Setelah berhasil menaklukan Alexandaria Amru bin Ash melanjutkan perjalanan ke Maroko. Ketika Amru bin Ash dan pasukannya sampai di kota Riqqah, penduduk kota itu sepakat untuk membayar jizyah kepada kaum muslim. Amru bin Ash dan pasukannya melanjutkan perjalanan ke Zuwailah dan Tripoli. Saat di Tripoli, Khalifah Umar memberi perintah untuk menghentikan ekspedisi. Sejak itulah Amru bin Ash kembali ke Fushat dan bermukim di sana. Amru bin Ash kemudian membangun Masjid yang diberi nama Masjid Jami' Amru bin Ash. Masjid ini pertama kali dibangun di Mesir.
Amru bin Ash diberhentikan
Di Mesir, Amru menjadi Gubenur pada masa Khalifah Umar dan Usman namun ketika Khalifah Usman melihat perkembangan Mesir dengan menghabiskan banyak dana sedangkan pajak yang diperoleh dari Mesir sangat sedikit, maka Khilafah Usman memberhentikan Amru bin Ash sebagai Gubenur Mesir. Hal ini membuat sangat kecewa hati Amru bin Ash.
Setelah wafatnya Khilafah Usman digantikan Khalifah Ali, terjadilah persoalan di mana Gubenur Syam Muawiyah bin Abu Sufyan memproklamirkan diri berdiri sendiri tidak di bawah Khalifah Ali di Madinah. Amru bin Ash melihat ini sebagai peluang untuk menjalankan dua siasatnya. Pertama, pada perang Siffin, dia mengangkat Mushaf di hadapan para pendukung Ali.
Kedua, Amru bin Ash berhasil memperdaya Abu Musa Al-Asy'ari dalam peristiwa tahkim yang saat itu Abu Musa Al-Asy'ari mendapatkan kesempatan dahulu mencopot jabatan Khalifah dari Ali. Melihat Abu Musa Al-Asy'ari mencopot jabatan Ali maka kemudian Amru bin Ash menyematkan jabatan tersebut terhadap temannya Muawiyah bin Abu Sufyan.
Setelah kemenangan itu akhirnya Amru bin Ash diangkat kembali oleh Muawiyah sebagai gubernur Mesir dan Amru bin Ash melanjutkan kembali Masjid yang sempat dirobohkan oleh Khalifah Usman dan Ali.