Kamis, 18 Juli 2013

Hamzah bin Abdul Muthalib, Sang Singa Allah

Hamzah bin Abdul Muthalib dilahirkan di kota Mekah pada tahun Gajah. Dia juga saudara sesusuan dengan Rasulullah. Mereka sama-sama disusui dari seorang perempuan bernama Tsuwaibah, walaupun pada akhirnya Rasulullah dipindahkan kepada ibu susuan lain yang bernama Halimah As-Sa'diyah.

Sejak kecil Hamzah telah berteman dengan Rasulullah sehingga dia kenal betul keluhuran sifat Rasulullah yang melebihi orang-orang yang seumur dengannya. Sedangkan Hamzah sejak kecil terkenal memiliki sifat pemberani, cakap dan cekatan. Betapa tidak, Hamzah adalah anak dari pembesar Quraisy bernama Abdul Muthalib. Ayahnya sendirilah yang mendidiknya.

Rasulullah saw sudah mulai berdakwah sejak wahyu pertama turun, walaupun dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Hal ini dilakukanya karena untuk menghindari benturan dengan kaum Quraisy. Namun tetap saja kaum Quraisy mendengar gerakan dakwahnya.

Adalah Hamzah salah satu yang pertama mendengar dakwah diam-diam Rasulullah. Hamzah yang mendengar percakapan orang Quraisy tentang dakwah agama baru ini terlihat tidak suka seperti nada dengki dan iri. Mulailah Hamzah bertanya dalam hati, "Kenapa kaum Quraisy tidak menyukai agama baru yang dibawa oleh Rasullulah ini?"

Maka merenunglah Hamzah selama berhari hari. Dia terdiam di rumahnya, tidak berani mengambil keputusan apapun. Hingga pada suatu hari, Hamzah mengambil keputusan untuk datang ke rumah Arqam yang menjadi pusat dakwah Rasullulah. Dia akan datang ke rumah Arqam setelah selesai berburu.

Saat dalam perjalanan menuju rumah Arqam, Hamzah berpapasan dengan seorang wanita. Wanita itu berkata, "Wahai Abu Imarah, tidakah engkau melihat ulah Abu Jahal kepada keponakanmu itu yang jujur dan terpercaya itu?"

"Memangnya ada apa, wahai perempuan? Apa ada yang menyakiti Muhammad?" Hamzah balik bertanya.

"Abu Jahal telah mengumpat, menyakiti, dan melakukan perbuatan yang melukai hati Muhammad. Setelah itu dia pergi meninggalkanya,"jelas wanita itu.

Mendengar berita dari sang wanita, amarah Hamzah meledak. Hamzah pun langsung pergi menemui Abu Jahal. Dia menemui Abu Jahal yang sedang duduk di kursi kebesaranya dengan sikap yang pongkah di tengah-tengah pembesar Quraisy.

Hamzah langsung mendekati Abu Jahal dan mengangkat busur panahnya. Dia lalu memukulkan busur panah itu kepada Abu Jahal. Hamzah berkata, "Apakah engkau mengumpatnya habis-habisan padahal aku berada dalam agamanya dan mempercayai apa yang dikatakannya?"

Seketika para pembesar Quraisy yang terdiri dari Bani Mahzum segera berdiri dan siap-siap mencabut pedangnya untuk membela Abu Jahal. Akan tetapi, Hamzah justru mengambil sikap siap tanpa menghiraukan banyaknya jumlah mereka.

Inilah yang menjadi awal dari masuknya Hamzah ke dalam Islam. Setelah kejadian itu, keesokan paginya Hamzah mendatangi kediaman keponakannya, Muhammad. Rasulullah dan kaum Muslimin sangat senang dengan kedatangan Hamzah. Rasulullah kemudian membacakan Alquran dan Hamzah mendengarkannya dengan khusyuk sehingga menggetarkan hati Hamzah.

Mendengar masuk Islamnya Hamzah, pemuka Quraisy mengingatkan agar tidak terjadi benturan dengan Hamzah. Hamzah ikut hijrah dengan para sahabat ke Madinah.

Saat kaum muslimin menetap di Madinah, benturan dengan kaum Quraisy di Mekkah seringkali tak terhindarkan. Kaum Quraisy selalu berupaya untuk merongrong dan menyerang kaum muslimin di Madinah.

Pada saat itulah Allah telah mengizinkan kaum Muslimin untuk berperang mempertahankan tanah dan kehormatan mereka dari ancaman musuh. Dalam keadaan seperti ini, Hamzah selalu siap tampil membela Islam dengan jiwa dan raganya.

Pada suatu hari Hamzah bersama 30 orang muslimin bergerak menuju tepi pantai atas perintah Rasulullah. Di sana mereka bertemu kafilah dagang Quraisy yang berjumlah 300 orang dipimpin Abu Sofyan bin Harb. Hampir saja terjadi peperangan antara dua kelompok tersebut, kalau saja tidak ada Majdi bin Amru yang melerainya.

Dalam peristiwa Perang Badar, peran Hamzah tampak nyata. Pada Perang Badar, pasukan Islam sebanyak 300 orang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar, sedangkan kaum Quraisy sebanyak 1.000 orang.

Pada perang ini kaum Muslimin datang terlebih dahulu ke lokasi mata air Badar, sementara orang-orang Quraisy menderita kehausan setelah kaum Muslimin menghalangi mereka untuk meminum air dari sumur Badar. Ada seorang dari kaum Quraisy yang nekad untuk meminumnya namun Hamzah langsung menebas kakinya sampai putus.

Sebelum pertempuran pecah, pihak Quraisy menantang duel tanding nada sombong."Hai Muhammad, datangkan lawan yang sebanding dengan kami," kata Utbah bin Rabi'ah. Kemudian Muhammad menyeru!,"Bangkitlah wahai Hamzah bin Abdul Muthalib, bangkitlah hai Ubaidah bin Harits bin Abdul Muthalib, bangkitlah hai Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib."

Tiga ksatria dari kaum Muslimin berhasil memenangkan duel tanding itu. Hamzah berhasil membunuh Syaibah bin Rabi'ah, dan Ali berhasil membunuh Al-Walid bin Utbah. Ketika Hamzah dan Ali melihat Ubaidah bin Harits bin Abdul Muthalib roboh, keduanya langsung menerjang Utbah dan langsung membunuhnya.

Setelah perang tanding usai, perang pun pecah. Hamzah dengan gesit meloncat ke kanan dan ke kiri untuk menebas pasukan Musyrikin layaknya 'Singa Padang Pasir', sehingga Rasulullah menjulukinya 'Singa Allah dan singa Rasul-Nya'.

Perang Badr berahir dengan kekalahan talak di pihak Musyrikin, mereka banyak kehilangan tokohnya seperti Abu Jahal, Utbah, Syaibah, dan Al-Walib bin Utbah. Ketika berita kekalahan ini sampai ke telinga penduduk Mekkah, mereka disambut kaum wanita Quraisy dengan kesedihan. Terutama wanita yang kesedihannya sangat mendalam adalah Hindun binti Utbah, istri dari Abu Sufyan, karena pada peperangan itu dia kehilangan Ayah, anak, paman dan saudaranya. Mereka semua tewas di tangan Hamzah.

Kesedihan mendalam yang dialami Hindun memunculkan benih dendam kesumat dalam hatinya terhadap Hamzah. Bukan hanya Hindun yang mengincar kematian Hamzah, sebagian kaum Quraisy pun demikian. Sehingga ketika perang Uhud pecah, Hindun dengan berbagai cara mencoba membunuh Hamzah. Dia membuat kesepakatan dengan Zubair bin Muth'im mengundang budaknya dari Habasyi yang bernama Wahsyi bin Harb. Wahsyi dikenal sebagai orang yang jitu melempar lembing. Zubair menjanjikan kepada Wahsyi jika bisa membunuh Hamzah akan dibebaskan. Sedangkan Hindun menjanjikan akan memberinya hadiah harta banyak jika sanggup membunuh Hamzah.

Tawaran menggiurkan itu tak ditolak Wahsyi. Saat perang berkecamuk, Wahsyi berhasil menombak dada Hamzah. Hingga syahidlah Hamzah di perang tersebut.