Penelitian yang dilakukan Harvard University menyatakan bahwa seseorang mendapatkan pekerjaan, 85% keberhasilannya disebabkan sikap merekan, dan hanya 15% dipengaruhi kepandaian dan pengetahuan mereka. Mengapa sikap? Sikap cerminan diri kita yang sesungguhnya. Akarnya ke dalam dan buahnya ke luar. Sikap bisa menjadi sahabat yang baik atau pun musuh terbesar. Sikap dapat mendekatkan orang pada kita atau menjauhkan mereka. Sikap kumpulan pengalaman masa lalu, kenyataan hari ini dan kesuksesan masa depan.
Sikap kita menunjukkan pada dunia, apa yang kita harapkan dari kehidupan. Kemampuan adalah apa yang mampu kita lakukan. Motivasi menentukan apa yang kita lakukan. Sikap menunjukkan seberapa baik kita melakukan sesuatu. Sikap berbicara lebih banyak dari sekedar kata. Sikap menentukan hubungan orang lain pada kita. Siapa kita ditentukan oleh apa yang berulang-ulang kita perbuat. Inilah yang disebut kebiasaan.
Dalam membentuk sikap ini, setidaknya ada tiga hal yang mempengaruhi kita. Pertama, experience (pengalaman). “Guru yang terbaik adalah pengalaman,” demikian ujar Ali bin Abi Thalib ra. Karenanya perilaku kita akan berubah seirama pengalaman mengarungi dan menapaki peristiwa. Pengalaman lah yang mempengaruhi kita untuk mendapat suplai informasi yang ada dalam otak. Daya kemampuan menyimpan, mengingat dan menganalisa data pada diri kita, atau sering disebut knowledge (pengetahuan) sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan (decision making). Karena memang knowledge is a power. Knowledge is an information.
Dan yang tak kalah pentingnya environment (lingkungan). Sesungguhnya setiap diri itu fitrah, hingga orang tuanya menjadikannya Nasrani, Yahudi, atau Majusi. Rangkaian hadits yang kurang lebih bermakna bahwa lingkungan (salah satunya orang tua) sangat mempengaruhi sikap kita. Lingkungan positif akan membawa kenyamanan dan kebahagiaan. Orang yang memiliki sikap negatif, cenderung sulit mempertahankan hubungan persahabatan, tali perniakahan, dan pekerjaan. Tak heran bila konsekuensinya seringkali ia mengalami stress, penyesalan mendalam, kebimbangan, dan makin memburuknya kesehatan.
Suasana hati menentukan sikap kita, bila ia baik maka baik seluruhnya. Bila ia buruk maka buruk seluruhnya. Perhatikanlah lintasan hatimu, maka engkau akan memetik pikiranmu, perhatikanlah pikiranmu maka engkau akan memetik lisanmu. Perhatikanlah lisanmu, maka engkau akan memetik sikapmu, perhatikanlah sikapmu maka engkau akan memetik kebiasaanmu. Perhatikanlah kebiasaanmu maka engkau akan memetik karakter akhlakmu. Perhatikanlah karakter akhlakmu, itulah dirimu.
Rangkaian cycle yang menunjukkan sikap dan karakter sangat ditentukan sejauh mana kita bisa mengendalikan hati. Dalam hal ini kita bisa belajar dari sikap alam, mengenal hukum “sopo nandur bakal ngundhuh”