Sabtu, 09 April 2011

Kenekatan dan Kekuatan

Masih ingat dengan kisah Abu Dzar yang secara terang-terangan menyatakan keislamannya, dan kemudian dipukuli orang-orang Quraisy namun ia melakukannya kembali esok hari? Tidak ada penafsiran lain yang bisa menjelaskan pada kisah Abu Dzar di atas kecuali sebuah ekspresi kenekatan. Sebab toh ia tahu bahwa ia pasti akan diserang dan dipukuli oleh orang-orang Quraisy. Tetapi sebagaimana ia mengerti apa resikonya, ia juga mengerti apa manfaatnya. Dan, manfaat itu hanya bisa didapat dengan mengambil resiko itu : resiko kenekatan.

Bahwa ia akan dipukuli, digebuki, tapi tetap melakukan. Apakah ini akan dikatakan tindakan gila dan tidak berakal? Tidak, sama sekali tidak. Setiap orang punya cara dan kadar kemampuannya untuk mengekspresikan dirinya. Dan kenekatan punya tempatnya sendiri bagi segala pilihan pribadi seseorang dalam menjalani agama ini, dan dalam menjalani peran-peran khususnya sepanjang hayat.

Di dalam hadits yang lain, Rasulullah menjelaskan, bahwa seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah dari seorang mukmin yang lemah. Meski pada setiap masing-masing ada kebaikannya. Hadits ini menjelaskan kenyataan, bahwa kekuatan, seperti juga keberanian, bisa berbeda antara satu mukmin dengan mukmin yang lain. Dengan kata lain, kekuatan dan kelemahan lebih merupakan turunan dari sikap dan kepribadian seseorang yang berbeda-beda dan masih dalam toleransi keimanan.

Kenekatan dan kekuatan punya hubungan fungsi yang saling melengkapi. Orang-orang kuat selalu punya keberanian lebih untuk nekat. Sebaliknya, kenekatan, dalam praktik dan pelaksanaannya, adalah setengah dari kekuatan itu sendiri. Kenekatan memberi kekuatan, energi penghentaknya. Sedang kekuatan memberi kenekatan, energi persambungannya.

Seperti juga kadar kekuatan, setiap orang bisa punya kadar kenekatan yang berbeda, antara satu dengan yang lain berbeda. Ini lebih merupakan bakat, karakter, kepribadian, dan tipologi orang yang mendapat tempoatnya di dalam ajaran agam Islam. Sepanjang sejarah kehidupan, kenekatan selalu memberi sumbangan dan kontribusinya, dalam batas yang sangat signifikan. Itu sendiri dilahirkan oleh bnyak faktor. Alam, garis darah keturunan, lingkungan dan sejauh mana seseorang hidup dalam lingkungan yang keras. Di mana hanya dengan kenekatan ia bisa bertahan.

Kenekatan selalu lebih tinggi dari sekedar keberanian, dalam soal kalkulasi dan kesiapan mengambil resiko. Keberanian mungkin hanya mengambil resiko sedang, tetapi kenekatan mengambil resiko lebih tinggi. Di sinilah kemudian, iman mendapatkan salurannya yang berbeda pada kepribadian dan jati diri orang per orang. Orang-orang yang berani mengambil resiko lebih itulah orang-orang nekat. Dan harus diakui, banyak dari mereka yang kemudian mengubah sejarah. Keberanian mungkin memberi daya dorong dan daya tahan pada kehidupan yang datar. Tetapi kenekatan memberi lebih, sebuah perubahan besar yang diabadikan sejarah.

Pada setiap profesi dan pilihan hidup kita, ada kadar kenekatan yang harus kita ambil. Setidaknya sebagai pemicu pertamanya, atau sebagai kentakan permulaannya. Sebab, keimanan itu sendiri harus hidup dalam pertarungan abadi, melawan setan, melawan kedengkian orang-orang kafir. Bahkan melawan sunnah persaingan hidup itu sendiri. Sepanjang hayat, dalam bentuk yang bermacam-macam.