Tulisan ini saya tulis karena tadi pagi merasa “jengkel” terhadap hewan yang bernama semut. Bagaimana tidak, segelas teh manis yang belum sempat diminum dan sepotong roti untuk sarapan ternyata sudah dikerubuti banyak semut. Tapi “kejengkelan” itu tidak berlangsung lama. Ternyata ada yang menarik didalam pikiran saya ketika mengamati perilaku si semut ini.
Pertama, dari segi cara mereka berjalan. Mereka hanya berjalan dengan “istiqomah” pada jalur tertentu yang sudah membentuk pola tertentu, padahal “jalan” untuk mereka berjalan sangatlah luas, tetapi mereka bisa berjalan secara bergiliran dan berurutan. Mereka tidak mau menyerobot antrian bahkan tidak mau mendahului semut yang ada di depannya. Berbeda sekali bukan dengan sikap dan perilaku makhluk Tuhan yang “merasa dirinya” paling sempurna di dunia, yang mungkin akan main serobot saja tanpa memperdulikan antrian didepannya? Astaghfirullah...
Kedua, dari segi mereka saling berpapasan. Setiap kali berpapasan dengan semut lain, entah kenal atau tidak si semut ini pasti akan menghentikan langkahnya sejenak untuk sekedar “bersalaman atau mengucapkan salam” dengan semut yang dijumpainya. Dan sayangnya, hal ini lagi-lagi jarang atau mungkin tidak kita lakukan, bahkan terhadap orang yang kita kenal sekalipun. Astaghfirullah...
Yang ketiga yang saya amati adalah cara mereka dalam mencari makan. Seandainya salah satu semut menemukan sumber makanan, tidak serta merta dia langsung memakannya sendiri, tetapi dia pulang terlebih dahulu ke sarangnya sambil meninggalkan “jejak” untuk mengajak teman koloni lainnya untuk ikut menikmati. Subhanallah.. Terima kasih ya Allah atas “pelajaran” yang Engkau berikan kepada hamba di hari ini. Semoga kami bisa meneladani dan mencontoh perilaku dari hewan yang bernama semut ini, amin...