Senin, 10 Februari 2014

Al-Dinawari, Bapak Botani Islam

Al-Dinawari bernama lengkap Abu Hanifa Al-Dinawari dilahirkan pada tahun 815 M ini merupakan seorang ilmuwan muslim asal kota Dinawar, sebuah daerah di barat laut Kermanshah (kini bernama Iran). Toufic Fahd (1996), dalam bukunya yang bertajuk 'Botany and Agriculture' menobatkan ad-Dinawari sebagai pendiri botani atau ilmu tumbuh-tumbuhan dari dunia Islam. Seperti banyak ilmuwan-ilmuwan muslim yang lainnya, ilmuwan yang dikenal dengan sebutan al-Dinawari ini juga menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan.
 
Bukan hanya seorang ahli tanaman, al-Dinawari juga seorang sejarawan, astronom, ahli geografi, dan ahli matematika. Ia mendapatkan pendidikan dasarnya di Iran, mempelajari astronomi, matematika, dan teknik mesin di Isfahan, serta mengasah ilmu bahasa serta puisi di Kuffah dan Basrah sebelum akhirnya beliau menghabiskan sisa hidupnya di Andalusia, Spanyol, yang saat itu memang menjadi pusat ilmu pengetahuan di zamannya. Selain sebagai perintis botani, al-Dinawari juga diketahui menguasai beragam ilmu, seperti astronomi, pertanian, metalurgi, geografi, matematika, dan sejarah.

Selain melakukan penelitian mendalam dan menemukan pernedaan seksual di antara tanaman, al-Dinawari juga berhasil mengklasifikasi berbagai jenis tanaman. Selanjutnya, ia juga mengklasifikasi tanaman berdasarkan cara tumbuhnya, baik yang tumbuh dari biji-bijian, atau yang disetek atau dicangkok, dan juga yang tumbuh sendiri seperti tanaman liar. Berkat kontribusinya, berbagai jenis sayuran, buah-buahan, dan tanaman lainnya bisa didapatkan di seluruh penjuru Spanyol dengan mudah setiap saat. Al-Dinawari diketahui juga telah menulis lebih dari 400 diskripsi tentang tanaman. Dinawari juga meneliti berbagai jenis tanaman hasil panen, seperti gandum, anggur, dan juga kurma.

Salah satu karya monumentalnya adalah sebuah kitab berjudul Tajnis al-Nabat (Book of Plants) atau Risalah tentang Tumbuhan. Sebagian kalangan menyebut kitab ini sebagai Ensiklopedi Botani, mengingat kelengkapannya dan begitu banyaknya deskripsi tentang tanaman yang termuat dalam bukku ini. Dalam kitabnya ini, ad-Dinawari mampu menjelaskan sekitar 637 jenis tanamn. Buku ini bukan hanya berisi identifikasi jenis tanaman, namun juga berisi hal hal yang lebih spesifik lainnya. Seperti penjelasan mengenai berbagai jenis tanah, karakteristiknya, mana tanah yang bagus untuk ditanami, termasuk sifat dan kualitasnya. Dalam buku yang terdiri dari enam jilid ini, Dinawari juga menggambarkan proses evolusi tanamann sejak masa hidupnya hingga kematiannya—termasuk didalamnya fase pertumbuhan dan bagaimana mereka memproduksi bunga dan juga buah-buahan.

Selain Ensiklopedi Botani-nya yang terkenal, Dinawari juga menulis beberapa buku lainnya, antara lain di bidang matematika dan astronomi. bagian dari buku tentang tanaman karangannya juga menguraikan peranan ilmu astronomi dan meteorologi Islam dalam pertanian. Ia sudah bisa menentukan awal musim dengan mengamati kedua fenomena alam tersebut. Namun di bidang biologi, khususnya botani-lah, nama al-Dinawari tercatat dengan tinta emas. Bersama ilmuwan muslim lainnya, Al-Dinawari memberikan kemajuan besar dalam bidang ilmu botani. Hasil karyanya telah membuat bidang holtikultura berkembang hingga tingkat yang sangat tinggi dalam upaya memberikan kesejahteraan bagi umat manusia.

Kontribusi Al-Dinawari dan banyak ilmuwan muslim lainnya membuat perkembangan ilmu botani mencapai puncak perkembangannya pada abad kedua belas. Bisa dikatakan, abad itu merupakan puncak kejayaan ilmu botani di zamannya. Bahkan, di masa itu, botani telah menjadi sebuah cabang ilmu yang independen dan mencapai status sebagai sebuah ilmu akademis tersendiri. Karya-karya al-Dinawari bisa ditemukan dalam berbagai bahasa seperti Arab, Berber, Yunani dan Latin. Berkat penguasaan pengetahuan bidang botani itulah, “Revolusi Hijau” yang dikembangkan dunia Islam pernah mencapai puncak kejayaan.