Ia termasyhur sebagai seorang ilmuwan kimia, ahli matematika, dan filsuf yang handal. Al-Kindi yang mempunyai nama lengkap Abu Yusuf Ya’kub bin Ishak al-Kindi ini disebut Alkindus oleh bangsa Barat. Beliau dilahirkan pada tahun 809 M di Kuffah dari keluarga kaya dan terhormat. Al-Kindi sangat mengagumi pemikiran-pemikiran para filsuf Yunani-Romawi. Ia juga begitu terilhami oleh dua filsuf besar dari Yunani, yakni Socrates dan Aristoteles. Pengaruh dari kedua tokoh ini bisa dilihat dalam karya-karya Al-Kindi.
Benarkah Einstein adalah orang yang pertama kali mencetuskan teori relativitas? Teori relativitas sendiri merupakan sebuah revolusi dari perkembangan ilmu matematika dan fisika. Di Barat sendiri, ada beberapa pihak yang meragukan kebenaran bahwa teori relativitas itu pertama kali ditemukan oleh Einstein. Sejumlah ilmuwan sejarah berpendapat bahwa teori relativitas pertama kali diungkapkan oleh Galileo Galilei dalam karyanya yang bertajuk 'Dialogue Concerning the World’s Two Chief Systems' pada 1632.
Padahal sejatinya, sekitar 1.100 tahun sebelum Einstein mencetuskan teori relativitasnya, ataupun Galileo Galilei menulis karyanya tersebut, seorang ilmuwan muslim bernama al-Kindi telah meletakkan dasar-dasar teori relativitas. Sesungguhnya, bukan sesuatu yang mengejutkan jika ilmuwan besar sekaliber al-Kindi mampu mencetuskan teori itu pada abad kesembilan Masehi.
Dalam catatan biografi al-Kindi, 'Al-Muntakhab', jelas-jelas ditunjukkan bahwa ia merupakan orang pertama yang menjadi termasyhur di antara orang-orang muslim yang mendalami bidang filsafat. Terjemahan-terjemahan dan koreksi-koreksinya terhadap karya-karya aslinya sendiri telah menjadikannya sebagai tokoh penggerak ilmu pengetahuan hingga bisa berkembang seperti saat ini. Beliaulah yang berjasa dalam memperkenalkan masalah-masalah metafisika, psikologi, etika serta pendekatan yang didasarkan atas metode logika dan ilmiah kepada bangsa Arab.
Para ilmuwan Arab banyak yang menganggapnya sebagai pendiri filsafat muslim Arab, seorang filsuf sempurna dan pemikir yang bijak. Karya-karyanya yang luar biasa menempatkannya pada posisi tertinggi bidang ilmu pengetahuan. Geralomo Cardano (1501-1575), seorang sarjana Italia era Renaisans mengatakan bahwa al-Kindi adalah salah satu dari 12 pemikir terbesar di Abad Pertengahan. Al-Kindi juga disebut-sebut sebagai manusia terbaik pada zamannya karena begitu beragamnya ilmu pengetahuan yang ia kuasai. Dunia pun mendapuknya sebagai filsuf Arab yang paling tangguh.
Sebagai ilmuwan serba–bisa, Al-Kindi tak cuma berhasil melahirkan pemikiran di bidang filsafat saja,. Salah satu karyanya yang termasuk fenomenal adalah Risalah Fi Istikhraj al-Mu’amma. Kitab itu mengurai dan membahas mengenai kriptologi atau seni memecahkan kode. Dalam kitabnya itu, al-Kindi memaparkan bagaimana kode-kode rahasia itu teknik-teknik penguraian kode atau sandi-sandi yang sulit dipecahkan juga dikupas tuntas dalam kitab itu. Selain itu, ia juga mengklasifikasikan sandi-sandi rahasia serta menjelaskan ilmu fonetik Arab beserta sintaksisnya. Hal yang paling penting lagi, dalam buku tersebut al-Kindi mengenalkan penggunaan beberapa teknik statistik untuk memecahkan kode-kode rahasia.
Bidang kriptografi ini begitu dikuasainya, lantaran dia sendiri merupakan seorang pakar di bidang matematika. Di bidang ilmu ini, ia menulis empat buku mengenai sistem penomoran yang menjadi dasar bagi aritmatika modern. Bekerja dalam menguak sandi-sandi rahasia dan pesan-pesan yang tersembunyi di dalam naskah-naskah asli Yunani dan Romawi telah mempertajam nalurinya dalam bidang kripto-analisa. Ia menjabarkan keterampilannya ini dalam sebuah makalah, yang setelah dibawa ke Barat beberapa abad sesudahnya, kemudian diterjemahkan dengan judul 'Manuscript on Deciphering Cryptographic Messages' (Naskah tentang Teknik Memecahkan Pesan Tersandi).
Ratusan karyanya dapat dipilah ke berbagai bidang, seperti filsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik dan meteorologi. Bukunya yang paling banyak adalah buku tentang geometri yang mencapai 32 judul. Buku-buku tentang filsafat dan kedokteran masing-masing berjumlah 22 judul, logika sebanyak 9 judul, dan fisika sejumlah 12 judul. Karya-karyanya juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa. Buku-buku itu bahkan masih tetap digunakan selama beberapa abad setelah beliau wafat.
Padahal sejatinya, sekitar 1.100 tahun sebelum Einstein mencetuskan teori relativitasnya, ataupun Galileo Galilei menulis karyanya tersebut, seorang ilmuwan muslim bernama al-Kindi telah meletakkan dasar-dasar teori relativitas. Sesungguhnya, bukan sesuatu yang mengejutkan jika ilmuwan besar sekaliber al-Kindi mampu mencetuskan teori itu pada abad kesembilan Masehi.
Dalam catatan biografi al-Kindi, 'Al-Muntakhab', jelas-jelas ditunjukkan bahwa ia merupakan orang pertama yang menjadi termasyhur di antara orang-orang muslim yang mendalami bidang filsafat. Terjemahan-terjemahan dan koreksi-koreksinya terhadap karya-karya aslinya sendiri telah menjadikannya sebagai tokoh penggerak ilmu pengetahuan hingga bisa berkembang seperti saat ini. Beliaulah yang berjasa dalam memperkenalkan masalah-masalah metafisika, psikologi, etika serta pendekatan yang didasarkan atas metode logika dan ilmiah kepada bangsa Arab.
Para ilmuwan Arab banyak yang menganggapnya sebagai pendiri filsafat muslim Arab, seorang filsuf sempurna dan pemikir yang bijak. Karya-karyanya yang luar biasa menempatkannya pada posisi tertinggi bidang ilmu pengetahuan. Geralomo Cardano (1501-1575), seorang sarjana Italia era Renaisans mengatakan bahwa al-Kindi adalah salah satu dari 12 pemikir terbesar di Abad Pertengahan. Al-Kindi juga disebut-sebut sebagai manusia terbaik pada zamannya karena begitu beragamnya ilmu pengetahuan yang ia kuasai. Dunia pun mendapuknya sebagai filsuf Arab yang paling tangguh.
Sebagai ilmuwan serba–bisa, Al-Kindi tak cuma berhasil melahirkan pemikiran di bidang filsafat saja,. Salah satu karyanya yang termasuk fenomenal adalah Risalah Fi Istikhraj al-Mu’amma. Kitab itu mengurai dan membahas mengenai kriptologi atau seni memecahkan kode. Dalam kitabnya itu, al-Kindi memaparkan bagaimana kode-kode rahasia itu teknik-teknik penguraian kode atau sandi-sandi yang sulit dipecahkan juga dikupas tuntas dalam kitab itu. Selain itu, ia juga mengklasifikasikan sandi-sandi rahasia serta menjelaskan ilmu fonetik Arab beserta sintaksisnya. Hal yang paling penting lagi, dalam buku tersebut al-Kindi mengenalkan penggunaan beberapa teknik statistik untuk memecahkan kode-kode rahasia.
Bidang kriptografi ini begitu dikuasainya, lantaran dia sendiri merupakan seorang pakar di bidang matematika. Di bidang ilmu ini, ia menulis empat buku mengenai sistem penomoran yang menjadi dasar bagi aritmatika modern. Bekerja dalam menguak sandi-sandi rahasia dan pesan-pesan yang tersembunyi di dalam naskah-naskah asli Yunani dan Romawi telah mempertajam nalurinya dalam bidang kripto-analisa. Ia menjabarkan keterampilannya ini dalam sebuah makalah, yang setelah dibawa ke Barat beberapa abad sesudahnya, kemudian diterjemahkan dengan judul 'Manuscript on Deciphering Cryptographic Messages' (Naskah tentang Teknik Memecahkan Pesan Tersandi).
Ratusan karyanya dapat dipilah ke berbagai bidang, seperti filsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik dan meteorologi. Bukunya yang paling banyak adalah buku tentang geometri yang mencapai 32 judul. Buku-buku tentang filsafat dan kedokteran masing-masing berjumlah 22 judul, logika sebanyak 9 judul, dan fisika sejumlah 12 judul. Karya-karyanya juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa. Buku-buku itu bahkan masih tetap digunakan selama beberapa abad setelah beliau wafat.