Rabu, 29 Januari 2014

Qutaibah bin Muslim, Pembebas Transoxania

Qutaibah bin Muslim di lahirkan di Kota Irak pada tahun 49 H dari suku Bahilah. Kabilah ini kurang terkenal pada masa jahiliyah, namun pada masa Islam kabilah ini melahirkan dua pahlawan Islam yang terkenal. Pertama Salaman bin Rabiah dan kedua, Qutaibah bin Muslim. Qutaibah sudah turun ke medan perang saat usianya baru menginjak 17 tahun.

Sejak kecil Qutaibah bin Muslim sudah memiliki bakat sebagai pemimpin yang tegas, berani dan cekatan. Dengan bakat yang dia miliki sehingga dia berhasil mendapatkan kepercayaan dari para Khalifah Bani Umayah seperti Khalifah Abdul Malik bin Marwan hingga sampai Al Walid bin Abdul Malik. Dia selalu dipercaya sebagai Gubenur Ray kemudian Gubenur Khurasan hingga ahir pemerintahan Al Walid bin Abdul Malik.

Pembebasan Kota Bekand

Kota Bekand terletak 40 meter dari arah barat daya Bukhara. Pada tahun 87 H, Qutaibah bin Muslim mengerahkan pasukannya menuju kota Bekand dan kemudian mengepungnya hingga dapat membebaskan negeri tersebut. Dari pembebasan ini pasukan Muslim mendapatkan banyak harta rampasan antara lain senjata-senjata musuh, bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak, patung besar yang terbuat dari emas, dan dua permata besar. Namun harta itu dia tidak dinikmati sendiri karena seperlimanya dari harta itu dia kirimkan kepada Hajjaj bin Yusuf termasuk kedua permata itu dia serahkan ke Hajjaj bin Yusuf dan sisanya dia bagikan kepada pasukannya agar pasukannya menjadi tambah kuat dan bersemangat.

Pembebasan Bukhara

Qutaibah bin Muslim lalu mengumpulkan kembali pasukannya dan bergerak ke Bukhara. Raja Bukhara ini adalah salah satu tokoh berpengaruh yang bernama Mu'ayinun bin Ra', yang memiliki pasukan sebanyak 40.000 orang. Pertempuran pun terjadi beberapa hari sehingga membuat Raja Mu'ayinun bin Ra' mengirim utusan guna meminta perdamaian dengan kompensasi membayar jizyah 200.000 dirham. Dari peperangan itu Qutaibah bin Muslim berhasil menawan orang yang memiliki paras sangat jahat, orang itu tidak mau dieksekusi dan menawarkan kompensasi sebesar satu juta dirham. Mendengar hal itu Qutaibah lalu meminta pendapat penasehatnya kemudian penasehatnya berkata, "wahai panglima, orang ini akan menambah rampasan yang kita dapat, maka terimalah tebusan dan jangan membunuhnya,". Akan tetapi nasehat itu ditolak oleh Qutaibah bin Muslim. Dia berkata, "Tidak, demi Allah, aku tidak akan membiarkan namaya membuat takut seorang muslimpun setelah ini." Qutaibah pun mengeksekusinya.

Pembebasan Marwurrudz, Taleqan, dan Faryab

Qutaibah bin Muslim melanjutkan ekspedisinya menuju Marwurrudz. Kota ini dipimpin raja yang bernama Badzam. Qutaibah bin Muslim membunuhnya dan anak yang paling bungsunya. Kemudian Qutaibah melanjutkan ekspedisinya ke Taleqan dan Faryab. Di Faryab dia disambut oleh Raja yang tunduk dan patuh kepada Qutaibah bin Muslim. Lalu melanjutkan menuju Jozjan di sanapun disambut oleh penduduk yang sudah taat dan tunduk.

Pembebasan Balkh dan Sijistan

Qutaibah bin Muslim kembali mengumpulkan pasukan untuk ekspedisinya ke Sijistan. Daerah ini dipimpin oleh seorang Raja yang bernama Ratbil dan memiliki 70.000 personel. Tetapi sang Raja tidak mau berperang dengan pasukan Muslim dan lebih memilih membayar kompensasi sebesar 500.000 dirham. Selanjutnya melanjutkan ke Balkh. Negeri ini dipimpin seorang Raja yang bernama Syah bin Nizk. Terjadilah pertempuran sehingga mengakibatkan pasukan muslim jatuh korban sebanyak 750 orang sedangkan pasukan musuh lebih banyak lagi dan pasukan Muslim menawan 1.000 personil pasukan musuh hingga mereka menyerah dan mengajak berdamai. Hal ini disetujui oleh Qutaibah bin Muslim.

Pembebasan Khawarizm

Qutaibah bin Muslim melanjutkan ekspedisinya menuju Khawarizm. Negeri ini dipimpin oleh seorang Raja yang lemah. Raja ini memiliki Adik yang bernama Kharzad. Adik sang Raja ini lebih berkuasa. Bila mendengar ada seorang memiliki harta, hewan ternak, istri cantik, atau anak perempuan maka dia akan merampasnya, tidak ada yang berani mencegatnya bahkan sang Raja sendiri.

Raja Khawarizm menulis surat kepada Qutaibah bin Muslim untuk mengundangnya masuk ke negerinya. Sang Raja menyerahkan sebagian wilayahnya kepada Qutaibah bin Muslim dengan syarat dia harus menyerahkan adik sang Raja dan para pembangkang kepadanya. Hal ini diamini oleh Qutaibah bin Muslim dan datanglah pasukan muslim ke negeri Khawarizm dan menangkap adik sang Raja dan para pembangkangnya.

Pertempuran Samarkand

Qutaibah bin Muslim kembali melanjutkan ekspedisinya ke Samarkand. Negeri ini adalah negeri yang terkuat yang berada di Transoxania. Raja Samarkand yang bernama Ghurak sudah mengumpulkan pasukan guna menyambut pasukan Muslimin hingga terjadilah peperangan dan kemudian tentara Muslimin mengepungya. Namun tidak disangka negeri Samarkand dapat bantuan dari Raja Syasy. Melihat hal itu Qutaibah bin Muslim segera memilih 600 pasukan berkuda untuk mencegat datangya bantuan itu dan melibasnya hingga dia menawan pasukan Raja Syasy. Selanjutnya Qutaibah bin Muslim menjebol benteng Samarkand hingga terjadilah perundingan antara Raja Samarkand dan Qutaibah bin Muslim dengan kompensasi sebesar 200.000 dirham tunai dan 3.000 budak ditambah tiap tahun membayar 200.000 dirham dan mengosongkan kota hingga pasukan Qutaibah bisa melakukan salat dan membangun Masjid Qutaibah.

Pembebasan Kashgar

Pada tahun 97 H, Qutaibah bin Muslim bertolak menuju Cina. Kaisar Cina mendengar kedatangan Qutaibah bin Muslim , maka dia menulis surat kepada Qutaibah bin Muslim yang isinya "Utuslah seorang bangsawanmu untuk mengabarkan tentang keadaan kalian dan Agama yang kalian sebarkan." Maka Qutbah bin Muslim mengutus 10 orang yang gagah, cakap berbicara, kuat, dan cerdas.

Saat para utusan Qutaibah bin Muslim berdiplomasi dengan kaisar Cina, Kaisar berkata, "Kalian lihat sendiri betapa besar kerajaanku. Tidak ada seorangpun yang dapat mengalahkanku. Sedangkan kalian ini ibarat telur yang ada dalam genggam kedua tanganku. Katakan kepada pemimpin kalian agar kalian segera meninggalkan negeri ini, karena aku tahu pasukan kalian sedikit. Jika tidak, niscaya aku akan mengirimkan orang-orang yang akan membinasakan kalian."

Salah satu utusan Muslim itu menjawab, "Bagaimana pasukan kami dikatakan sedikit, padahal pasukan kudanya saja sudah berada di negerimu, sementara yang paling belakang berada di tempat tumbuhnya pohon zaitun. Mengenai ancamanmu yang akan membinasakan kami, sekali-kali kami tidak takut. Karena kami tahu bahwa setiap manusia itu mempunyai ajal. Dan kami sangat bangga jika kematian itu datang dalam peperangan kami. Bahkan sebaliknya, kami tidak membencinya atau merasa takut dengan datangnya kematian itu. Pemimpin kami telah bersumpah tidak akan pergi sebelum menginjak tanah kalian, menutup kerajaan kalian, dan kalian membayar jizyah kepada kami."

Maka Kaisar Cina berkata, "Kalau begitu aku akan membebaskan pemimpin kalian itu dari sumpahnya. Kami akan kirimkan kepada kalian tanah kami, lalu dia bisa menginjaknya. Kami juga akan mengirim sebagian anak-anak kami, hingga dia menutup kerajaan mereka. Kami pun akan mengirim jizyah yang dia inginkan."

Akhir hayat Sang Panglima

Ketika wafatnya Khalifah Walid bin Abdul Malik dan digantikan oleh Putra Mahkota Sulaiman bin Abdul Malik yang langsung dikukuhkan menjadi Khalifah, Qutaibah bin Muslim adalah salah satu orang yang lebih dulu mendukung rencana pencopotan status Putra Mahkota Sulaiman bin Abdul Malik yang akan diserahkan ke Abdul Aziz bin Walid. Hal ini yang membuat ketidaksukaan Sulaiman bin Abdul Malik ditambah Yazid bin Mahlab salah satu orang dekat Sulaiman begitu berambisi menduduki kursi Gubernur Kurasan. Untuk mendukung keinginanya, Bani Tamim yang merupakan mayoritas tentara Qutaibah bin Muslim mengadakan pemberontakan terhadap Qutaibah. Waki' bin Qutaibah berhasil membunuh Qutaibah bin Muslim.