Ia biasa dipanggil Ath-Thusi karena dilahirkan di daerah Thus, suatu wilayah di Kurasan, Persia pada tahun 1301 M. Nama lengkap ilmuwan yang wafat di Baghdad pada tahun 1272 M ini adalah Abu Ja'far Muhammad ibn Muhammad al-Hasan Nasir al-Din al-Thhusi al-Muhaqqiq. Beliau merupakan seorang yang hampir-hampir menguasai semua cabang pengetahuan seperti matematika, astronomi, sains, geografi, farmasi, filsafat, mineralogy, teologi dan etika. Dialah penggagas pembuatan teropong bintang terbesar dan tercanggih yang perna dikenal oleh manusia sebelum era modern.
Prestasi gemilang dari Ath-Thusi yaitu berhasil mengembangkan angka berakar seperti yang sebelumnya pernah pertama kali disinggung oleh Al-Khawarizmi-- dan ternyata Ath-Thusi berhasil menyelesaikan persamaan angka berakar itu. Ia juga berhasil memisahkan ilmu hitung trigonometri dari ilmu astronomi, serta mengembangkannya sebagai sebuah cabang dalam ilmu matematika yang berdiri sendiri. Ath-Thusi juga disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali membuat segi tiga bertingkat untuk segi tiga di atas bola dengan sudut yang sama dan memelopori studi logika matematika.
Al-Thusi telah mengangkat ilmu hitung segitiga ke derajat yang lebih layak dan proporsional. Tak hanya itu, kehebatan Al-Thusi dalam memecahkan masalah-masalah teknik juuga dipandang sangat luar biasa. Ini terlihat dalam berbagai sistem perhitungannya untuk mengatasi beragam masalah teknik yang hingga kini masih menjadi pusat perhatian para ilmuwan. Al-Thusi juga berjasa dalam meletakkan metode baru dalam menyingkap ilmu aljabar dan teknik serta membuat teori-teori baru yang pentin bagi ilmu matematika. salah satu buku karangannya dalam bidang matematika adalah Syaklul Qitha. Buku ini merupakan karya ilmiah pertama yang membedakan antara perhitungan segitiga dan ilmu astronomi dan menjadikan keduanya sebagai dua disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
Fakta yang tidak kalah pentingnya. Nashiruddin al-Thusi juga membuat teori baru tentang astronomi yang lebih mendalam. Ia juga melakukan kritik terhadap buku "Almagest" karya Ptolomeus dan kemudian memberikan teori baru yang lebih lengkap dari pada teori yang dibuat oleh Ptolomeus. Penelitian yang dilakukan oleh Nashiruddin al-Thusi konon juga memberi ilham pada Copernicus untuk mengajukan teori bahwa matahari adalah pusat tata surya (teori heliosentris) menggantikan teori bumi sebagai pusat jagat raya (teori geosentris)-nya Ptolomeus. Buku-buku astronominya banyak memuat bermacam-macam cara menghitung tahun, gerakan bintang, pembatasan waktu dan berbagai macam hitungan bagi perjalanan bintang. Selain itu, Al-Thusi juga telah melakukan penelitian yang lengkap tentang sistem tata surya, sistem peredaran planet, dan perhitungan segitiga bulat yang merupakan tema-tema mendasar dalam ilmu astronomi modern.
Ia juga menggalakkan berbagai penelitian astronomi dengan menggunakan peralatan yang cukup memadai dan mendatangkan para ilmuwan yang mahir. Konon, ath-Thusi pernah membangun sebuah gedung astronomi terbesar dalam peradaban Islam yang diberi nama "Laboratorium Maraghah" serta sebuah perpustakaan yang bisa menampung 400 ribu jilid buku. Tak hanya itu, di perpustakaan itu, al-Thusi juga menerjemahkan sebagian buku-buku Yunani yang disertai dengan kritik dan komentar beliau. Di pusat penelitian itu juga disimpan buku-buku matematika yang kemudian berperan besar dalam mengembangkn berbagai disiplin ilmu pada masa renaisans di Eropa.
Di bidang ilmu fisika, Ath-Thusi menemukan dua dalil baru tentang cara menyamakan dua sudut, yaitu sudut jatuh dan sudut pantul dari cahaya sinar yang jatuh pada permukaan kaca yang datar. Melalui pencapaiannya ini, Ath-Thusi berhasil menafsirkan fenomena pelangi. Selama masa hidupnya yang kurang lebih 70 tahun, al-Thusi telah mencurahkan hidupnya untuk menghasilkan banyak karya di bidang ilmu pengetahuan. Ath-Thusi telah mengarang lebih dari 145 buku dalam disiplin ilmu matematika, astronomi, geografi, dan fisika.
Al-Thusi telah mengangkat ilmu hitung segitiga ke derajat yang lebih layak dan proporsional. Tak hanya itu, kehebatan Al-Thusi dalam memecahkan masalah-masalah teknik juuga dipandang sangat luar biasa. Ini terlihat dalam berbagai sistem perhitungannya untuk mengatasi beragam masalah teknik yang hingga kini masih menjadi pusat perhatian para ilmuwan. Al-Thusi juga berjasa dalam meletakkan metode baru dalam menyingkap ilmu aljabar dan teknik serta membuat teori-teori baru yang pentin bagi ilmu matematika. salah satu buku karangannya dalam bidang matematika adalah Syaklul Qitha. Buku ini merupakan karya ilmiah pertama yang membedakan antara perhitungan segitiga dan ilmu astronomi dan menjadikan keduanya sebagai dua disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
Fakta yang tidak kalah pentingnya. Nashiruddin al-Thusi juga membuat teori baru tentang astronomi yang lebih mendalam. Ia juga melakukan kritik terhadap buku "Almagest" karya Ptolomeus dan kemudian memberikan teori baru yang lebih lengkap dari pada teori yang dibuat oleh Ptolomeus. Penelitian yang dilakukan oleh Nashiruddin al-Thusi konon juga memberi ilham pada Copernicus untuk mengajukan teori bahwa matahari adalah pusat tata surya (teori heliosentris) menggantikan teori bumi sebagai pusat jagat raya (teori geosentris)-nya Ptolomeus. Buku-buku astronominya banyak memuat bermacam-macam cara menghitung tahun, gerakan bintang, pembatasan waktu dan berbagai macam hitungan bagi perjalanan bintang. Selain itu, Al-Thusi juga telah melakukan penelitian yang lengkap tentang sistem tata surya, sistem peredaran planet, dan perhitungan segitiga bulat yang merupakan tema-tema mendasar dalam ilmu astronomi modern.
Ia juga menggalakkan berbagai penelitian astronomi dengan menggunakan peralatan yang cukup memadai dan mendatangkan para ilmuwan yang mahir. Konon, ath-Thusi pernah membangun sebuah gedung astronomi terbesar dalam peradaban Islam yang diberi nama "Laboratorium Maraghah" serta sebuah perpustakaan yang bisa menampung 400 ribu jilid buku. Tak hanya itu, di perpustakaan itu, al-Thusi juga menerjemahkan sebagian buku-buku Yunani yang disertai dengan kritik dan komentar beliau. Di pusat penelitian itu juga disimpan buku-buku matematika yang kemudian berperan besar dalam mengembangkn berbagai disiplin ilmu pada masa renaisans di Eropa.
Di bidang ilmu fisika, Ath-Thusi menemukan dua dalil baru tentang cara menyamakan dua sudut, yaitu sudut jatuh dan sudut pantul dari cahaya sinar yang jatuh pada permukaan kaca yang datar. Melalui pencapaiannya ini, Ath-Thusi berhasil menafsirkan fenomena pelangi. Selama masa hidupnya yang kurang lebih 70 tahun, al-Thusi telah mencurahkan hidupnya untuk menghasilkan banyak karya di bidang ilmu pengetahuan. Ath-Thusi telah mengarang lebih dari 145 buku dalam disiplin ilmu matematika, astronomi, geografi, dan fisika.