Ia seorang wanita sufi yang dikenal sebagai ahli ibadah dan
kebijaksanaan di masanya. Dalam tubuhnya mengalir darah keturunan dari
sahabat Nabi saw, Ali bin Abi Thalib. Ia bernama lengkap Rabi'ah binti
Ismail bin Hasan bin Zaid bin Ali bin Abi Thalib. Ia senantiasa dimintai
fatwa dari beberapa ulama-ulama sufi di masanya. Rasa ketakutannya
kepada Allah telah menjadikannya sebagai seorang wanita yang senantiasa
menangis. Seperti saat ia mendengar seorang laki-laki membaca ayat-ayat
Alquran yang berhubungan dengan neraka di hadapannya, ia langsung
berteriak dan tersungkur karena rasa ketakutannya terhadap api neraka.
Ia
senantiasa melakukan salat malam secara penuh. Ketika fajar mulai
menjelang, ia tidur sebentar di tempat salatnya hingga pagi tiba.
Pada suatu waktu, datang seorang laki-laki memberikan uang sebanyak 40 dinar kepadanya. Ia berkata kepada Rabi'ah, "gunakanlah uang ini untuk keperluan-keperluanmu".
Mendengar perkataan itu, Rabi'ah Adawiyah menangis. Ia menengadahkan mukanya ke langit, seraya berkata, "Tuhan telah mengetahui, bahwa aku malu meminta barang-barang duniawi kepada-Nya, padahal ia lah yang memiliki dunia ini. Oleh karena itu, bagaimana mungkin aku akan meminta duniawi kepada orang yang sebenarnya tidak memiliki dunia itu?".
Air matanya selalu bercucuran di saat mengingat hari kematian. Ia laksana disambar petir di saat teringat hari kematian itu. Bahkan ia selalu merasa kaget dan merasa ketakutan sekali di saat terjaga dari tidurnya. Ia seraya berkata, "wahai jiwaku!, berapa lama engkau tertidur dan berapa lama pula engkau dalam keadaan terjaga? Aku benar-benar merasa ketakutan di saat engkau (jiwa) tertidur dan tidak bangun lagi, sehingga yang ada di hadapanmu hanyalah hari kebangkitan".
Salah satu kata bijak darinya adalah: "sembunyikanlah kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan kejelekanmu". Ia berkata: "wahai Tuhanku, ampunilah penyelewenganku selama ini, ampunilah aku!".
Ia meninggal dunia di Baitul Maqdis tahun 135 H pada usia lebih dari 80 tahun. Ia dikafankan di dalam jubahnya sendiri yang berasal dari anyaman rambut, dan tutup dari kain bulu yang senantiasa ia gunakan pada saat salat malam. Ini semua adalah karena wasiat yang ia berikan kepada pembantunya agar ia dikafankan semacam itu. Ia juga berwasiat agar ia dimakamkan di Baitul Maqdis.
Tidaklah benar yang mengatakan jika perkataan, "aku tidak menyembah-Mu lantaran mengharapkan surga-Mu dan takut atas neraka-Mu, melainkan hanya karena kecintaanku kepada-Mu" adalah berasal dari perkataan Rabi'ah Adawiyah. Dan sangat tidak benar pula, jika tasawuf Rabi'ah Adawiyah identik dengan nilai-nilai yang dianggap sesat dalam dunia sufi. Misalnya, kerinduan kepada Tuhan, Fana' (peleburan diri seorang hamba dengan tuhannya), persaksian langsung terhadap Tuhan, dan lain sebagainya.
Pada suatu waktu, datang seorang laki-laki memberikan uang sebanyak 40 dinar kepadanya. Ia berkata kepada Rabi'ah, "gunakanlah uang ini untuk keperluan-keperluanmu".
Mendengar perkataan itu, Rabi'ah Adawiyah menangis. Ia menengadahkan mukanya ke langit, seraya berkata, "Tuhan telah mengetahui, bahwa aku malu meminta barang-barang duniawi kepada-Nya, padahal ia lah yang memiliki dunia ini. Oleh karena itu, bagaimana mungkin aku akan meminta duniawi kepada orang yang sebenarnya tidak memiliki dunia itu?".
Air matanya selalu bercucuran di saat mengingat hari kematian. Ia laksana disambar petir di saat teringat hari kematian itu. Bahkan ia selalu merasa kaget dan merasa ketakutan sekali di saat terjaga dari tidurnya. Ia seraya berkata, "wahai jiwaku!, berapa lama engkau tertidur dan berapa lama pula engkau dalam keadaan terjaga? Aku benar-benar merasa ketakutan di saat engkau (jiwa) tertidur dan tidak bangun lagi, sehingga yang ada di hadapanmu hanyalah hari kebangkitan".
Salah satu kata bijak darinya adalah: "sembunyikanlah kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan kejelekanmu". Ia berkata: "wahai Tuhanku, ampunilah penyelewenganku selama ini, ampunilah aku!".
Ia meninggal dunia di Baitul Maqdis tahun 135 H pada usia lebih dari 80 tahun. Ia dikafankan di dalam jubahnya sendiri yang berasal dari anyaman rambut, dan tutup dari kain bulu yang senantiasa ia gunakan pada saat salat malam. Ini semua adalah karena wasiat yang ia berikan kepada pembantunya agar ia dikafankan semacam itu. Ia juga berwasiat agar ia dimakamkan di Baitul Maqdis.
Tidaklah benar yang mengatakan jika perkataan, "aku tidak menyembah-Mu lantaran mengharapkan surga-Mu dan takut atas neraka-Mu, melainkan hanya karena kecintaanku kepada-Mu" adalah berasal dari perkataan Rabi'ah Adawiyah. Dan sangat tidak benar pula, jika tasawuf Rabi'ah Adawiyah identik dengan nilai-nilai yang dianggap sesat dalam dunia sufi. Misalnya, kerinduan kepada Tuhan, Fana' (peleburan diri seorang hamba dengan tuhannya), persaksian langsung terhadap Tuhan, dan lain sebagainya.