Suatu hari, di bawah terik matahari yang menyengat, dengan keringat mengalir deras, seorang ibu bergegas menuju rumah sakit. Betapa hancur perasaannya ketika ia mengetahui hasil pemeriksaan tiga anaknya yang dinyatakan positif mengidap virus HIV. Virus dari penyakit laknat yang banyak menyerang penduduk dunia akibat dari pergaulan bebas dan budaya jahili yang bertentangan dengan aturan Allah.
Betapa hati sang ibu pilu menahan sedih tak mampu berbuat apa-apa melihat anak-anaknya yang tak berdaya pelan tapi pasti bayangan maut sudah menyeringai di depan mata.
Pelan tapi pasti, detik-detik dari sisa umurnya mereka lalui dengan kepasrahan, ketundukan dan taqarrub kepada Allah, mereka lebih khusyuk dari orang lain, mereka lebih takut dari orang-orang di sekitarnya. Pelan tapi pasti maut telah menanti dengan taringnya yang menakutkan.
Apakah kita tidak sadar kalau maut itu selalu mengintai kita setiap saat? Maut tidak pernah pilih kasih kepada siapa saja ia mesti datang. Tidak peduli ia sehat atau sakit, tidak peduli ia seorang anak, pemuda atau orang tua, kalau sudah datang ajalnya, pasti maut akan menjemput tanpa permisi lagi. Karena itulah, mari kita jadikan sisa umur kita lebih berarti. Kita jadikan sisa nafas kita ini bermanfaat bagi akhirat kita.
Kita bersyukur kepada Allah, karena sampai saat ini kita masih diberikan nikmat umur, kita sangat berterima-kasih kepada Allah karena sampai detik ini kita masih bisa menghirup udara kehidupan. Sehingga untuk mengungkapkan rasa gembira dan syukur sering diwujudkan dengan pesta ulang tahun. Namun pernahkah kita berfikir berapa persenkah dari umur kita yang bernilai dan berharga?
Pernahkah kita merenung berapa persen dari usia kita yang telah kita siapkan untuk akhirat kita?
Maka jelaslah, umur kita yang sebenarnya adalah: detik-detik yang kita gunakan bersujud kepada Allah, umur kita yang paling berharga adalah saat-saat yang kita habiskan di medan jihad. Umur kita yang paling bernilai adalah saat-saat bersama Al-Qur'an, saat-saat bersama majlis-majlis zikir dan ilmu.
Pelan tapi pasti, detik-detik dari sisa umurnya mereka lalui dengan kepasrahan, ketundukan dan taqarrub kepada Allah, mereka lebih khusyuk dari orang lain, mereka lebih takut dari orang-orang di sekitarnya. Pelan tapi pasti maut telah menanti dengan taringnya yang menakutkan.
Apakah kita tidak sadar kalau maut itu selalu mengintai kita setiap saat? Maut tidak pernah pilih kasih kepada siapa saja ia mesti datang. Tidak peduli ia sehat atau sakit, tidak peduli ia seorang anak, pemuda atau orang tua, kalau sudah datang ajalnya, pasti maut akan menjemput tanpa permisi lagi. Karena itulah, mari kita jadikan sisa umur kita lebih berarti. Kita jadikan sisa nafas kita ini bermanfaat bagi akhirat kita.
Kita bersyukur kepada Allah, karena sampai saat ini kita masih diberikan nikmat umur, kita sangat berterima-kasih kepada Allah karena sampai detik ini kita masih bisa menghirup udara kehidupan. Sehingga untuk mengungkapkan rasa gembira dan syukur sering diwujudkan dengan pesta ulang tahun. Namun pernahkah kita berfikir berapa persenkah dari umur kita yang bernilai dan berharga?
Pernahkah kita merenung berapa persen dari usia kita yang telah kita siapkan untuk akhirat kita?
Maka jelaslah, umur kita yang sebenarnya adalah: detik-detik yang kita gunakan bersujud kepada Allah, umur kita yang paling berharga adalah saat-saat yang kita habiskan di medan jihad. Umur kita yang paling bernilai adalah saat-saat bersama Al-Qur'an, saat-saat bersama majlis-majlis zikir dan ilmu.
Oleh sebab itu, marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri berapa persenkah umur kita yang berharga? Berapa persenkah dari umur kita yang kita siapkan untuk ibadah?
Sebab banyak orang yang berumur panjang namun umurnya tidak berharga sama sekali. Hidup mereka hanya untuk makan dan memuaskan hawa nafsunya. Hidup mereka hanya untuk berfoya-foya, hidup mereka hanya untuk dunia.
Sebab banyak orang yang berumur panjang namun umurnya tidak berharga sama sekali. Hidup mereka hanya untuk makan dan memuaskan hawa nafsunya. Hidup mereka hanya untuk berfoya-foya, hidup mereka hanya untuk dunia.
Akhirnya kelak di hari kiamat tiada yang tinggal pada mereka kecuali penyesalan dan kerugian
Allah SWT Berfirman artinya, "Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya. Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman. Selain air yang mendidih dan nanah. Sebagai pambalasan yang setimpal." (An Naba' 23-26)
Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam: Abu Hurairah r.a.berkata bahwa, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak seorang pun pemilik simpanan yang tidak menunaikan haknya (mengeluarkan hak harta tersebut untuk dizakatkan) kecuali Allah akan menjadikannya lempengan-lempengan timah yang dipanaskan di neraka jahanam, kemudian kening dan dahi serta punggungnya disetrika dengannya hingga Allah SWT berkenan menetapkan keputusan di antara hamba-hambaNya pada hari yang lamanya mencapai lima puluh ribu tahun yang kalian perhitungkan (berdasarkan tahun dunia). (Baru) setelah itu ia akan melihat jalannya, mungkin ke surga dan mungkin juga ke neraka.” (HR Ahmad 15/288)
Allah SWT Berfirman artinya, "Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya. Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman. Selain air yang mendidih dan nanah. Sebagai pambalasan yang setimpal." (An Naba' 23-26)
Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam: Abu Hurairah r.a.berkata bahwa, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak seorang pun pemilik simpanan yang tidak menunaikan haknya (mengeluarkan hak harta tersebut untuk dizakatkan) kecuali Allah akan menjadikannya lempengan-lempengan timah yang dipanaskan di neraka jahanam, kemudian kening dan dahi serta punggungnya disetrika dengannya hingga Allah SWT berkenan menetapkan keputusan di antara hamba-hambaNya pada hari yang lamanya mencapai lima puluh ribu tahun yang kalian perhitungkan (berdasarkan tahun dunia). (Baru) setelah itu ia akan melihat jalannya, mungkin ke surga dan mungkin juga ke neraka.” (HR Ahmad 15/288)